13. Versus Kobra Jumbo.

Tepat di hadapan kami berdua, ada seekor ular Kobra dengan ukuran jumbo, udah nongol nggak pake aba-aba dari balik semak-semak.

Ular kobra ... ini ular kobra Coi!

Ular yang ukuran normal aja udah bikin bergidik ngeri, apalagi yang ada dihadapan kami ini, ular yang sungguh nauzubillah. Gue yakin, Panji Petualang aja pasti keder klenger kalo ngeliat ular ini, lah apalagi gue? Bisa ular untuk ukuran normal aja bisa bikin almarhum. Lah, apalagi yang ini? 

Bejat, sungguh bejat Nyi Carang ngejebak gue sama Imel sampe nyangkut disini. Kalo bukan gegara Nyi Carang, nggak mungkin gue bisa sampe ketemu ular yang kek gini. Itulah pemikiran yang terselip dalam rasa takutnya gue.

Hal yang bisa gue lakukan pertama kali adalah nggak ngelakuin apa-apa. Pasrah. Gue udah takut bukan kepalang, waktu ngeliat sosok ular ini.


~ Sissh.... ~ 


Ular kobra berukuran dahsyat ini langsung pake mode kepala tegak leher mengembang. 

Jahanam!

Ukuran kepala nya itu lho! Persis selebar roda truck tronton. Bayangin aja udah, besar badannya tuh kayak apa. Yang jelas, gue tambah makin lemes waktu ngeliat ular kobra gede ini pake mode kayak gitu.

 

"Mel ... gima ... na, nih?" Gue emang takut, tapi masih berusaha buat mengontrol diri.

Imel udah gemetaran parah, kayaknya dia nggak sanggup untuk mengeluarkan kata-kata.

"Mel, keluarin lidi lo, Mel. Keluarin lidi punya lo!" Gue panik, berusaha untuk berdiri, tapi gue nggak sanggup untuk melakukannya.

Keringat dingin keluar dari pelipis Imel, mukanya pucat, nafas udah nggak beraturan. Sama kayak gue, dia juga belum sanggup untuk berdiri. Di sisi lain, ular kobra jumbo ini masih menatap ke arah kami. Berkali-kali lidahnya menjulur keluar-masuk dari mulutnya. Gue sempat mencium bau anyir juga dari tubuh ular ini.

"Maaf, kami cuma numpang lewat. Maaf ya ular, kami nggak mau ganggu kok," ucap gue mencoba bersikap tenang.

Ular ini masih dengan mode sangar nya, adapun setengah badannya gue lihat masih berada dalam semak-semak disebrang jalan. Silahkan simpulkan sendiri deh ya, panjangnya tuh kayak apa?


~ Sissh.... ~


~ Wusshh! ~ 


"Wuaaaa!"

Kaget gue Coi!

Ular Kobra ini mendesis sejenak, kemudian tiba-tiba kepalanya melesat seperti ingin mematok ke arah gue. Untungnya cuma gertakan, ular ini menarik lehernya lagi, karena reflek di gertaknya, gue jadi beringsut mundur. Gertakannya efektif bener bikin jantung gue jempalitan!

Kupret bener dah!

Kaki gue udah gemetaran tanpa sadar, keringat juga udah menetes pelan dari kening gue. Sampai saat ini, kami berdua masih pada posisi yang sama. Untuk sesaat, gue udah liat-liatan sama Imel, sepertinya dia sudah mulai mengumpulkan keberaniannya.

"Lang, ayo kita pergi pelan-pelan," bisik Imel sambil merogoh saku tas punggungnya.

Gue mengangguk pelan. Gue juga udah ketularan Imel buat ngumpulin sisa keberanian gue. Biar bagaimanapun juga, kami tidak punya pilihan ganda.

~ Swet swet.... ~ 


~ Whiuh whiuh! ~ 

Kali ini, Imel sudah mampu untuk berdiri sambil menyabetkan sebatang lidi di hadapan ular ini. Gue mundur pelan-pelan buat merapat sama Imel. Ular Kobra terkutuk ini sudah menggerak-gerakkan kepalanya, lehernya masih mengembang, desis yang keluar dari mulutnya semakin sering terdengar.

"Mel, kok kayaknya dia nggak takut ya?" Bisik gue setelah berdiri di samping Imel.

 

Eh gue di kacangin. Imel diam aja sambil tetap fokus mengayunkan sebatang lidi yang dia pegang. Ular ini sepertinya tidak gentar atas apa yang dilakukan sama Imel. Terlebih saat ini, kepala Kobra itu makin lebar setelah dia membuka mulutnya. Gue malah makin ketakutan, sekarang gue yang malah memegang pundak Imel erat-erat.

 

 

~ Swet swet.... ~ 

 

 

~ Whiuh whiuh! ~ 

 

 

~ Sissh.... ~ 

 

 

Sekarang, ular Kobra itu seakan-akan mau mengambil ancang-ancang untuk menyemburkan bisa nya ke arah kami.

 

~ Puk puk puk! ~ 

 

 

"Mel, Mel, Mel, Imel!!" Gue udah panik sambil menepuk pundak Imel dengan tempo yang cepat, sepertinya nyawa kami sudah hampir wassalam.

Namun ternyata, ular ini lagi-lagi hanya menggertak. Dia kembali menarik lehernya, balik lagi menatap kami. Imel sepertinya masih takut, tapi dia belum juga gentar, intensitas mengayunkan lidinya masih sama. Imel sama ular Kobra ini sama-sama saling menatap dalam diam. Cuma gue yang udah resah mau kayak gimana. Amit-amit, jangan sampe mereka saling jatuh cinta.

Ular Kobra tersebut masih menunggu waktu yang tepat buat menyerang, kali ini dia kembali menggerak-gerakkan kepalanya. Gue masih berada disamping Imel, sedangkan dia sendiri masih mengibas-ibaskan lidinya. Kami berdua melakukan langkah mundur teratur secara perlahan-lahan.

"Mel, gue minta maaf ... kayaknya ...."

"GILANG!!!" Imel membentak gue, membuat gue langsung terdiam dan tidak melanjutkan ucapan gue.

 

 

~ Sissh.... ~ 

 

 

Ular ini makin berani, dia juga perlahan-lahan maju kearah kami berdua.

"Pertahankan diri! ... kita nggak boleh nyerah gitu aja!!" Imel bernada keras sambil tetap menatap ular ini, sekaligus masih menyabetkan lidinya kekiri-kekanan.

"PAKLIK!!!! TOLONG PAKLIK!!!!" Gue malah berteriak minta tolong.

"Gilang!"

"Mel, sadar lo! Dia bukan musuh yang sepadan!" Gue nggak mau kalah membentak Imel balik.

Ular ini kian bergerak maju, membuat gue sama Imel juga kian terdesak ke tepian jalan, semakin terperosok ke arah semak-semak.

"PAKLIK!!!! ... TOLONG!!! ... TOLONGIN KAMI  PAKLIK!!!!" Gue udah berteriak lagi.

Beda dengan gue, Imel masih fokus sambil mengoyang-goyangkan batang lidi nya. Sepertinya dia yakin untuk bertahan. Kalo gue? Gue akuin kalo nyali gue udah menciut parah.

"Ck! Kok sama sekali nggak bereaksi, Mel!" Gue akhirnya menggerutu juga.

Imel masih fokus dengan apa yang dilakukannya.

"Mel, gimana nih?"

Imel nyempetin buat ngelirik ke arah gue, dengan tatapan marah. Padahal muka pucatnya juga belum berubah, gue akhirnya memilih diam. Gue tau kalo dia udah dongkol sama gue.

Imel balik lagi fokus dengan tindakannya, dia mengayunkan lidinya semakin kencang. Tapi ular ini masih belum bergeming mundur, malah kepalanya seperti mengambil ancang-ancang buat menyemburkan bisa nya. Gue mengamati ada yang berbeda dengan gerakan kepala ular ini, sepertinya ini berbeda dengan gertakannya yang sebelumnya.

 

~ Puk puk puk! ~ 


"Mel, Mel, MeL ... ImEL ... IMELL!!!" Gue udah menepuk pundak Imel sembari berteriak kencang trus menyeruduk badan Imel dari samping.


~ Gluduk gluduk gluduk.... ~

~ Wuus.... ~ 


~ Byuuurr.... ~ 

 

 

~ Cesssshhhh.... ~

 

 

Cipratan bisa yang disemburkan oleh ular ini gagal mengenai kami. Aksi gue nggak sia-sia buat mengelak dari serangan Kobra tersebut. Walaupun gue dan Imel sudah berguling-guling tak menentu setelah gue tubruk badannya tadi.

Imel sudah terjerembab, gue juga sempat bergumul tanah, tapi kemudian gue langsung berdiri dengan cepat. Gue lihat semak belukar di belakang kami mengeluarkan asap tipis. 

~ Glek! ~

Gue terbelalak....

Busyet!

Ini mah, bisa nya pasti sanggup bikin gue modyar seketika. Imel sudah berdiri dan balik lagi mengambil batang lidinya.

"Mel, lo bener ... kayaknya mustahil buat lari," ucap gue sambil merapat lagi ke samping badan Imel.

 

"Lang, jika kita harus mati disini, aku ikhlas ... tapi setidaknya kita sudah berusaha untuk melawan," ucap Imel bersungguh-sunguh.

"Bodo amat sama jiwa murni, gue nggak akan tinggal diam, Mel!" Gue rebut sebatang lidi lagi dari tas punggung Imel. 

Gue kali ini bertekad untuk nekat. Sama aja ye?


~ Tep. ~ 


~ Swet swet.... ~


~ Whiuh whiuh whiuh! ~

Ada semacam energi positif yang terlontar dari ucapan Imel. Berjuang. Ya, gue udah menangkap dari apa yang disampaikan Imel barusan.

Dua orang frustasi versus ular Kobra jumbo sudah saling berhadap-hadapan di tengah jalan berdebu ini. Gue nggak butuh keyakinan untuk menang melawan makhluk ini. Setidaknya gue harus berjuang akan keselamatan nyawa gue, nyawa Imel juga tentunya. Dan jawabannya adalah ikhtiar alias berusaha alias berjuang.

Ular tersebut sudah mengeluarkan seluruh badannya dari balik semak-semak, memaksa kami untuk terus merangsek mundur. Meskipun sempat tercengang sejenak, karena semakin jelas sudah ukuran ular Kobra tersebut. Kami berdua masih menggerak-gerakkan lidi yang kami pegang.

~ Sissh.... ~

"Lang, berpencar!" Perintah Imel karena ular ini sudah meliuk-liukan badannya, kemudian mulutnya menganga seakan-akan mau mengertak lagi.

"Berpencar?" Tanya gue sedikit interupsi.

Imel diem doank.

"Serius lo?"

"Iya, aku ke kiri, kamu ke kanan."

"Terus?"

"Berpencar aja, kita pecahkan perhatiannya," ucap Imel masih menatap fokus ke arah ular itu.

"Nggak, Mel. Bukan ide bagus, salah satu dari kita bisa mampus!" Gue menyanggah ide Imel barusan.

"Tapi itu lebih baik daripada kita berdua mati konyol."

Ada benarnya juga sih, gue diam nggak membantah. Pelan-pelan gue beranjak ke samping kanan gue sambil tetap menggerak-gerakkan lidi gue. Imel pun begitu. Sekarang kami berdua sudah terpisah beberapa langkah.

Ternyata ide Imel cukup jitu, ular ini terlihat menggerakkan kepalanya kekanan-kekiri. Fokus ular ini sudah tidak lagi Satu titik. Gerakan badan Kobra ini tetap meliuk untuk sejenak. Kepalanya masih tegak meskipun arah tatapannya silih berganti.

"Hahahaha... curut nying nying! Bingung kan lo!"

~ Sissh.... ~


Kobra ini semakin bingung karena jarak antara gue sama Imel kian berjauhan. Tapi ternyata kebingungan ular ini tidak bertahan lama. Ular Kobra jumbo tersebut sudah memutuskan, siapa yang akan duluan diserangnya? Dan itu....

Gue.


~ Glek! ~


Kepala ular itu kian fokus ke arah gue, terbukti kepalanya sudah bergerak-gerak mau mengarah ke gue. Seolah-olah gue adalah santapan empuk pertamanya. Menyadari gerakan badan Kobra ini bergerak perlahan ke arah gue, yang gue lakukan adalah gue makin bergerak lebih gesit dari sebelumnya. Gue setengah berlari ke kanan dan ke kiri, namun ternyata fokus pandangan ular ini masih belum terpecah, yang dia tuju itu gue. 


~ Syuuut! ~


Ular ini mengempiskan kepalanya trus melesat bergerak cepat menuju ke arah gue.

"Hwuaaaaa!"

Strategi gue kocar-kacir. Gue udah kalang-kabut dengan muka pucat parah, berbalik badan ambil langkah seribu. 

"Mamaaaaah!"

Gue berlari dengan tetap bawa sebatang lidi serta tabung bambu. Sempat gue tengok ke belakang, Ular ini sudah berjarak sangat dekat dengan kepala gue. 

"Mampus gue, mampus gue, sialan lo! Mampus!" Gue berbalik badan lagi, berhadap-hadapan langsung dengan jarak cukup dekat dengan kepala ular ini.

~ Whiuh whiuh! ~


Gue sabetkan lidi gue dengan jarak nggak begitu jauh dari kepala ular tersebut. 


~ Sissh.... ~


~ Whiuh whiuh whiuh! ~


Ular Kobra itu sudah kembali dengan kepala mode mengembang sangar dihadapan gue. Kesempatan bagus, gue kembali mengatur jarak setelah ular itu berhenti karena mode nya tersebut. Gue mundur dengan cepat, untuk semakin memperlebar jarak antara gue sama ular ini.

Namun ternyata Kobra ini sudah mengambil ancang-ancang lagi untuk mengeluarkan bisa nya.

"Mampus gue, mampus!" Gue makin panik. Dengan jarak sedekat itu, rasanya sulit untuk gue mengelak

~ Bugh! ~


~ Cesssshhhh.... ~

 

"Mam 



Komentar